Perumpamaan orang yang merasa tenang dalam hidupnya adalah seperti seorang tukang parkir mobil. Mobilnya banyak dan setiap hari mobilnya bertambah, tapi dia tidak pernah merasa sombong. Setiap mobilnya berkurang, dia tak pernah merasa sedih. Semua itu karena ia tak merasa memiliki semua mobil itu, melainkan dia merasa dititipi oleh si empunya. Maka dari itu ia selalu menjaga mobil-mobil itu dari ancaman kemalingan atau kerusakan. Jika mobil-mobil itu hilang atau rusak, si empunya akan marah.
Begitu pula hidup kita di dunia ini. Sebagain besar manusia merasa memiliki harta yang banyak, baik itu uang, rumah, perniagaan, keluarga, dan lain-lain. Padahal semua harta yang ada di dunia ini adalah milik allah, bukan kita yang punya. Semua harta itu adalah titipan allah. Anak, istri, uang, rumah, tanah, kendaraan, alam dan semua yang kita rasa itu milik kita sebanarnya adalah ttitipan dari allah yang harus kita jaga. Jadi buat apa kiat bersombong ria dengan harta yang ada, menghambur-hamburkannya seenak kita, mengeksploitasi alam sesukanya, seakan-akan kita melampaui hak yang memilikinya yaitu Allah SWT. Dan jika kita merusak semua yang dititipi oleh Allah kepada kita, sudah dipastikan Allah akan marah pada kita. Tapi marahnya Allah diluapkan melalui alam sebagai peringatan bagi manusia. Maka jangan salahkan alam jika terjadi bencana di dunia ini. Tsunami, banjir, letusan gunung, angin, dan penyakit yang melanda kehidupan manusia di dunia ini adalah karena ulah manusia itu sendiri. Kita sebagai manusia mungkin masih merasa memiliki segalanya di dunia ini, bukan merasa dititipi oleh Allah SWT.
(SAZ, dikutip dari ceramah agama KH. Zainuddin MZ di Masjid Jami’ Al Ma’muri, Bogor 20 Maret 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar