Pupus sudah harapanku untuk bertemu dengannya, seorang yang selalu dikagumi jutaan umat muslim Indonesia. Beliau adalah KH. Zainuddin Muhammad Zein atau dikenal dengan sebutan Zainuddin MZ. Berita wafatnya beliau baru aku dengar beberapa jam yang lalu melalui pesan singkat kakakku yang sedang berada di studio Wadi FM Bogor, dikabarkan bahwa Pak Kyai wafat pukul 09.25 di RSPP Jakarta Selatan. Padahal pada saat yang bersamaan, aku sedang menjalani Ujian Semester di kampus, yang jaraknya tak begitu jauh dengan RSPP.
Allah ya Rabbi, mengapa diri ini selalu disibukkan oleh hal-hal yang kada tidak penting, hingga niat untuk bertemu langsung dengan beliau menjadi sirna setelah mendengar berita meninggalnya tadi pagi. Aku sangat menyesal sekali. Sudah tinggal selama beberapa bulan di Cipete, tidak membuatku segera datang dan berkunjung ke rumah Kyai Zainuddin yang jaraknya tak terlampau jauh dari daerah Cipete, yaitu di bilangan Gandaria. Dulu, aku berniat untuk sekedar main ke Daerah Gandaria untuk mencari tahu di mana rumah beliau. Entah apa yang membuatku lupa, hingga setelah beliau wafat barulah aku teringat niatku itu.
Ini yang kedua kalinya. Tahun lalu, aku pernah mengalami hal ini, tapi kepada tokoh yang berbeda, yaitu (almarhum) KH. Idham Chalid, pimpinan Pondok Pesantren Darul Ma'arif Jakarta Selatan. Beliau juga tinggal di Cipete, bahkan pernah menjadi imam tetap di Masjid Al Barkah, masjid yang letaknya dekat asramaku. Namun, harapanku untuk bertemu dengan beliau menghilang seketika setelah kabar wafatnya beliau pertengahan tahun 2010 lalu.
Kedua tokoh itu (K.H. Zainuddin MZ dan K.H. Idham Chalid) adalah dua orang yang sangat aku kagumi. Keduanya adalah sedikit dari deretan ulama Indonesia yang selalu gigih dalam berdakwah. Meski kyai Idham belakangan ini jarang dibicarakan orang, tapi mantan tokoh PPP itu merupakan tokoh panutanku. Aku mengenal beliau setelah Abi ku menceritakannya setiap aku pulang ke rumah. Setiap ngobrol dengan Abi, selalu saja beliau bertanya: Sudah ketemu kyai Idham Chalid belum?. Aku hanya bisa menggelengkan kepala.
Sekarang, apabila aku pulang ke rumah lagi, agaknya aku akan mendapatkan pertanyaan yang hampir sama dari Abi: "Sudah ketemu kyai Zainuddin MZ belum?" Dan aku, tak akan menceritakan bahwa aku menyesal tidak sempat main ke rumah beliau di Gandaria. Tapi toh, aku pernah bertemu beliau, saat memberikan ceramah di Masjid Jami Al Ma'muri Kencana Bogor, bulan lalu. Meski waktu itu tak sempat bersalaman dengan beliau.
Selamat jalan pak Kyai!
اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه
Sunanul Huda
media penerang hati dan jiwa
Avorisme Abuya KH. Abdurrahman Nawi
Tanam padi rumput ikut
Tanam rumput padi luput
Tuntut akhirat dunia ikut
Tuntut dunia akhirat luput
Tanam rumput padi luput
Tuntut akhirat dunia ikut
Tuntut dunia akhirat luput
Selasa, 05 Juli 2011
Rabu, 15 Juni 2011
Petuah-petuah Ibn 'Athaillah al-Sakandari
A. Pasrah Kepada Allah
Jangan sekali-kali engkau megira bahwa kodrat Allah selalu berjala sesuai dengan keinginanmu. Di balik peristiwa yang kita senangi atau benci terdapat adiluhung yang membuatnya berlangsung.Siapa yang ngin mengubah kodrat Allah yang sudah pasti, atau ingin mendahulukan sesuatu yang diakhirkan oleh-Nya, sama dengan orang yang menanduk karang. Orang yang berakal sehat akan menerima sesuatu yang sudah terjadi sebagai kenyataan yang tak bisa dielakkan.
Ada pepatah Arab:
Sangatlah dungu orang yang menginginkan terjadinya sesuatu pada waktu yang tak dikehendaki Allah.
B. Percayakan Kepada Allah
Ketika kaum muslimin bertempur dalam perang Badar, kepercayaan mereka kepada Allah amat tinggi, dan keyakinan akan pertolongannya sangat besar. Kepercayaan terhadap diri mereka sendiri sangat kecil, bahkan lenyap digantikan oleh kepercayaan mereka yang meluap kepada Allah.
*) Yang saya ringkas adalah bagian kesatu saja, karena bagian kedua berisi aforisme-aforisme dan doa-doa.
C. Jangan Bersandar Kepada Manusia
Seorang manusia (insan) berada dalam puncak kemuliaannya ketika benar-benar memfokuskan hidupnya dengan penghambaan kepada Allah. Satu-satunya jalan yang harus ditempuh manusia adalah tidak memohon selain di depan pintu Allah Yang Mahakuasa dan Mahakaya. Jika muncul dari jiwa seseorang kepada makhluk yang mempunyai kedudukan, ini adalah kebodohan. Ironisnya, ketamakan (penghambaan kepada makhluk) telah mengerubuti dan merusak beribu-ribu hati. Betapa banyak pula manusia menjadi hina-dina akibat ketamakan dan harapan kepada makhluk sesamanya.
D. Hakikat Ubudiah
Banyak sekali dalil agama yang menunjukkan bahwa amal shaleh adalah jalan ke surga, sedang amal buruk adalah jalan ke neraka. Banyak pula dalil yang menunjukkan dengan jelas bahwa manusialah yang menentukan sendiri tempat kembalinya. Yang manusia petik di akhirat adalah hasil dari yang mereka tanam di dunia. Akan tetapi, di antara kesempurnaan amal shaleh adalah harus sesuai dengan ketentuan dan tidak melampaui batasan-batasannya.
Yang harus dilakukan muslim adalah mempersembahkan sesuatu kepada Allah seraya mengakui kekurangan dirinya, meyakini bahwa hak Allah tidak bisa sedikit pun ditebus dengan amal terbaiknya. Seorang mukmin hakiki hanya beramal, tetapi tidak pernah berharap banyak ataupun mengagung-agungkan amalnya.
E. Sadarilah Kemahakuasaan Tuhanmu!
Satu-satunya bentuk hubungan yang logis antara makhluk dan Tuhannya adalah yang rendah mengakui yang tinggi, dalam jiwa maupun raga. Manusia sangat membutuhkan Allah, apa yang mereka miliki hanyalah pinjaman dari-Nya. Suatu saat pasti akan diambil oleh-Nya. Penghambaan yang benar adalah engkau berada di hadapan Allah dengan persepsi: engkau adalah engkau (dengan segenap kekotoran dan kekuranganmu) dan Dia adalah Dia (dengan sepenuh kesucian, kemuliaan dan kelebihan-Nya).
F. Berserah Kepada Allah
Sesungguhnya Allah mensyariatkan hamba-Nya untuk beribadah agar mereka bisa bertawaduk bukannya sombong. Memang Allah membenci kemaksiatan dan mengharamkannya atas manusia, tapi bagi sebagian orang kemaksiatan yang dilakukan menjadi pemecut nuraninya yang sedang tidur dan menimbulkan kesedihan dalam hatinya. Kemaksiatan yang menimbulkan rasa hina dan rendah hati lebih baik daripada ketaatan yang menimbulkan rasa bangga dan sombong.
G. Allah-lah Penganugerah Hakiki
Jika ada orang yang memuji kemampuan kita, maka pujian dan terima kasih harus kita berikan kepada yang telah menciptakan kita sehingga mempunyai kemampuan seperti itu. Pernahkah kita berpikir, siapakah yang memberikan cikal bakal semua kelebihan itu ketika kita masih dalam janin? Pemberinya adalah yang menentukan rejeki dan umur kita. Dialah Allah.
“Siapa yang memuliakanmu, maka sebenarnya hanyalah memuliakan indahnya tutup Allah pada dirimu. Karena itu, pujian adalah bagi Allah yang menutupimu, bukan bagi orang yang telah memuliakan dan berterima kasih kepadamu.”
H. Jangan Tertipu Pujian
Kalau ada orang yang berkata, “ Wah, dia sempurna.” Sesungguhnya orang itu telah tertipu dan menipu orang yang diajak bicaranya. Karena sebodoh-bodohnya manusia adalah siapa yang menanggalkan keyakinannya untuk menuruti sangkaan orang. Kalau orang shaleh bila dipuji maka ia akan mengembalikannya (pujian itu) kepada yang Maha memiliki pujian, yaitu Allah.
I. Ingin Segera Terkenal
Islam kita akan sempurna jika kita melakukan amal karena Allah, bukan untuk memamerkan diri. Sebab, orang yang mencari sanjungan manusia, justru akan jatuh martabatnya di mata Allah. Hindarkan diri dari dua hal! Pertama, tampil ke muka sebelum merasa diri cakap. Kedua, tampil ke muka setelah benar-benar mumpuni untuk mengundang pujian manusia.
J. Kesibukan nan Sia-Sia
Kita mempunyai hak dan kewajiban. Namun, banyak manusia cuma mau menuntut hak. Sementara, mereka berat hati untuk melakukan kewajiban yang menjadi tanggungan.
Manusia sibuk mencari dunia, padahal dunia sendiri tidak akan ada selain dari sisi Allah. Banyak dari mereka yang berleha-leha dalam hal yang seharusnya mereka perhatikan, tetapi justru bergiat-giat mencari apa yang sebenarnya sudah dekat dengan jari-jari mereka. Perlakuan terhadap Allah semacam ini adalah bukti dari rabunnya mata batin manusia.
Selasa, 24 Mei 2011
Antara Memiliki dan Dititipi
Perumpamaan orang yang merasa tenang dalam hidupnya adalah seperti seorang tukang parkir mobil. Mobilnya banyak dan setiap hari mobilnya bertambah, tapi dia tidak pernah merasa sombong. Setiap mobilnya berkurang, dia tak pernah merasa sedih. Semua itu karena ia tak merasa memiliki semua mobil itu, melainkan dia merasa dititipi oleh si empunya. Maka dari itu ia selalu menjaga mobil-mobil itu dari ancaman kemalingan atau kerusakan. Jika mobil-mobil itu hilang atau rusak, si empunya akan marah.
Begitu pula hidup kita di dunia ini. Sebagain besar manusia merasa memiliki harta yang banyak, baik itu uang, rumah, perniagaan, keluarga, dan lain-lain. Padahal semua harta yang ada di dunia ini adalah milik allah, bukan kita yang punya. Semua harta itu adalah titipan allah. Anak, istri, uang, rumah, tanah, kendaraan, alam dan semua yang kita rasa itu milik kita sebanarnya adalah ttitipan dari allah yang harus kita jaga. Jadi buat apa kiat bersombong ria dengan harta yang ada, menghambur-hamburkannya seenak kita, mengeksploitasi alam sesukanya, seakan-akan kita melampaui hak yang memilikinya yaitu Allah SWT. Dan jika kita merusak semua yang dititipi oleh Allah kepada kita, sudah dipastikan Allah akan marah pada kita. Tapi marahnya Allah diluapkan melalui alam sebagai peringatan bagi manusia. Maka jangan salahkan alam jika terjadi bencana di dunia ini. Tsunami, banjir, letusan gunung, angin, dan penyakit yang melanda kehidupan manusia di dunia ini adalah karena ulah manusia itu sendiri. Kita sebagai manusia mungkin masih merasa memiliki segalanya di dunia ini, bukan merasa dititipi oleh Allah SWT.
(SAZ, dikutip dari ceramah agama KH. Zainuddin MZ di Masjid Jami’ Al Ma’muri, Bogor 20 Maret 2011)
Langganan:
Komentar (Atom)
